Tanah adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah yakni, faktor cuaca, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Dalam artikel ini dibahas pula terkait profil tanah, warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, dan jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia.
|
Apa itu tanah? Apa saja faktor-faktor pembentuk tanah? Apa itu profil tanah? Seperti apa warna, tekstur, dan struktur tanah? Apa saja jenis-jenis tanah di Indonesia? |
Pengertian Tanah
Tanah adalah hasil percampuran dari batuan yang telah terurai, bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang berada di bagian paling atas litosfer. Ilmu yang mengkaji tentang tanah disebut Pedologi. Sementara itu, ilmu yang spesifik membahas tentang pembentukan tanah disebut sebagai Pedogenesa.
Faktor-Faktor Pembentuk Tanah
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada proses pembentukan tanah yakni faktor cuaca, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut kita bahas dibawah ini.
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Suhu dapat mempengaruhi seberapa cepat batuan induk tanah terurai. Ketika suhu tinggi, proses pelapukan terjadi lebih cepat, yang mengakibatkan pembentukan tanah menjadi lebih cepat juga. Curah hujan berpengaruh pada seberapa mudah erosi dan pencucian mineral terjadi pada tanah. Ketika erosi terjadi dengan cepat, tanah menjadi lebih asam karena pH-nya menjadi rendah.
2. Organisme
Organisme memiliki peran penting dalam proses pembentukan tanah, termasuk dalam hal berikut:
- Membantu pelapukan terutama yang bersifat organik.
- Berkontribusi dalam pembentukan humus. Tumbuhan menghasilkan daun dan ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Dengan bantuan dari mikroorganisme dalam tanah membantu proses pembusukan daun dan ranting tersebut.
- Jenis tumbuhan berpengaruh pada sifat tanah. Contohnya, vegetasi berupa hutan bisa membentuk tanah menjadi warna merah, sementara vegetasi rumput membuat tanah berwarna hitam karena kandungan bahan organik yang tinggi.
- Kandungan unsur kimia dalam tanaman mempengaruhi karakteristik tanah. Sebagai contoh, jenis pohon cemara memiliki kandungan unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang lebih rendah, sehingga tanah di bawah pohon cemara memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari jenis batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, serta batuan metamorf atau malihan. Batuan dasar ini kemudian akan mengalami pelapukan dan berubah menjadi tanah.
Seiring berjalannya waktu, tanah di permukaan bumi menunjukkan karakteristik yang mirip dengan jenis batuan asalnya, khususnya pada sifat kimianya. Misalnya, tanah dengan butiran pasir yang masih mengandung banyak pasir karena berasal dari batuan dasar dengan kandungan pasir yang tinggi. Komposisi kimia serta mineral dalam batuan induk akan mempengaruhi proses pelapukan yang terjadi dan jenis vegetasi yang akan tumbuh di atasnya.
Jika batuan induk memiliki kandungan kalsium (Ca) yang tinggi, maka tanah yang terbentuk mengandung banyak ion kalsium. Hal ini dapat membantu mencegah pencucian asam silikat yang biasanya menghasilkan tanah menjadi berwarna abu-abu. Sebaliknya, jika batuan dasar memiliki sedikit kandungan kapur, tanah yang terbentuk akan cenderung berwarna merah.
4. Topografi
Kondisi relief atau permukaan suatu wilayah akan berpengaruh pada pembentukan tanah, yakni sebagai berikut.
- Ketebalan lapisan tanah. Di daerah dengan lereng curam dan perbukitan, lapisan tanahnya biasanya lebih tipis karena tererosi, sementara di daerah datar, lapisan tanah cenderung lebih tebal karena proses sedimentasi.
- Sistem drainase atau aliran air. Jika sistem pengairan tidak baik, daerah tersebut akan mengalami genangan air yang berlebihan. Dan hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi asam.
5. Waktu
Tanah adalah benda alami yang mengalami perubahan secara terus-menerus karena terjadi proses pelapukan dan pencucian mineral di dalamnya. Akibat proses ini, tanah menjadi semakin tua dan menipis. Mineral-mineral yang mengandung nutrisi penting akan habis terkikis atau tererosi oleh pelapukan, dan akhirnya meninggalkan mineral-mineral yang lebih resisten.
Dengan proses pelapukan yang terus berlanjut, tanah induk mengalami transformasi menjadi tiga tahapan: yakni tanah muda, dewasa, dan tua.
Tanah muda yakni ditandai dengan bercampurnya antara bahan organik dan mineral, atau struktur bahan induk masih terlihat. Contohnya, yakni tanah aluvial, regosol, dan litosol.
Kemudian, pada tahapan dewasa, tanah menunjukkan pembentukan horizon B. Contohnya adalah tanah andosol, latosol, dan grumosol.
Yang terakhir, yakni tahapan tanah tua yang dicirikan dengan perubahan pada horizon A dan B karena proses pembentukan tanah yang terjadi terus-menerus. Contoh tanah tua adalah tanah podsolik dan laterit.
Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk tanah berbeda-beda. Tanah muda dapat terbentuk dalam waktu 100 tahun jika bahan induknya adalah abu vulkanik yang mudah terurai, sedangkan tanah dewasa memerlukan 1.000–10.000 tahun untuk terbentuk dengan baik.
Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan bahan induk. Adapun solum tanah, ialah bagian penting dari profil tanah, yang juga terbentuk melalui proses pembentukan tanah.
Perbedaan pada lapisan-lapisan tanah ini terjadi karena endapan yang terjadi berulang kali oleh pencucian mineral, dan juga akibat dari proses pembentukan tanah itu sendiri. Penampang vertikal tanah menunjukkan susunan horizon, yang dikenal sebagai profil tanah. Susunan horizon tersebut terdiri dari horizon O, A, B, C, dan D atau R (bedrock).
a. Horizon O
Horizon ini biasanya ditemukan di tanah hutan yang belum mengalami banyak perubahan. Horizon O berada di lapisan teratas yang secara umum tersusun oleh bahan-bahan organik.
b. Horizon A
Horizon ini terdiri dari campuran zat organik dan mineral. Horizon A adalah lapisan yang telah mengalami proses pencucian (leaching).
c. Horizon B
Horizon B terbentuk dari penimbunan bahan-bahan yang telah mengalami proses pencucian di horizon A berupa zat mineral..
d. Horizon C
Horizon C terdiri dari bahan induk yang mengalami sedikit pelapukan dan tentunya tidak subur.
e. Horizon D atau R
Horizon D atau R terdiri dari batuan induk yang masih keras dan belum mengalami proses pelapukan. Horizon D atau R sering juga disebut sebagai batuan induk atau parent material atau bedrock.
Warna Tanah
Warna tanah memberikan informasi tentang karakteristik tanah. Perbedaan warna pada tanah disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik, semakin gelap warna tanah.
Warna tanah terdiri dari tiga aspek berikut:
- Hue, menunjukkan warna spektrum tanah yang paling dominan berdasarkan panjang gelombangnya.
- Value, menunjukkan tingkat kecerahan warna tanah sesuai dengan intensitas pantulan cahaya.
- Chroma, menunjukkan kemurnian dari warna spektrum tanah.
Warna tanah dapat diidentifikasi dengan menggunakan perbandingan dari skala warna di Munsell Soil Colour Chart. Perubahan warna tanah dapat terjadi ketika tanah basah, lembap, atau kering. Makanya di dalam menentukan warna tanah perlu juga diperhatikan bagaimana kondisi tanah tersebut, apakah ia basah, lembap, atau kering.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan seberapa halus atau kasar butiran tanah. Terdapat dua belas kelas tekstur tanah berdasarkan perbandingan butiran pasir, debu, dan liat di dalam tanah, yaitu sebagai berikut.
- Pasir
- Pasir berlempung
- Lempung berpasir
- Lempung
- Lempung berdebu
- Debu
- Lempung liat
- Lempung liat berpasir
- Lempung liat berdebu
- Liat berpasir
- Liat berdebu
- Liat
Dari dua belas variasi tekstur tanah tersebut, terdapat empat kelompok utama, yaitu pasir, lempung, debu, dan liat. Saat berada di lapangan, kita bisa dengan mudah menentukan jenis tekstur tanah dengan cara merasakannya dengan tangan, seperti meremas tanah untuk mengukur seberapa halus teksturnya.
Struktur Tanah
Struktur tanah yakni seperti tumpukan kecil dari tanah yang terbentuk ketika butiran-butiran tanah saling bergabung. Dan bentuk dari struktur tanah ini pun beragam, seperti yang ada di bawah ini.
- Lempeng (Platy), terdapat di horizon A.
- Prisma (Presmatic), terdapat di horizon B pada daerah iklim kering.
- Tiang (Columnar), terdapat di horizon B pada daerah iklim kering.
- Gumpal Bersudut (Angular Blocky), terdapat pada horizon B di daerah iklim basah.
- Gumpal Membulat (SubAngular Blocky), terdapat pada horizon B di daerah iklim basah.
- Granular (Granular), terdapat pada horizon A.
- Remah (Crumb), terdapat pada horizon A.
Jenis-Jenis Tanah di Indonesia
Berbagai jenis tanah dapat ditemukan di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1. Tanah Litosol
Tanah Litosol terbentuk dari mineral tanah dengan sedikit atau tanpa perkembangan horizon yang signifikan. Batuan induknya berupa batuan beku atau batuan sedimen yang keras. Kedalaman tanahnya dangkal, biasanya kurang dari 30 cm, dan terkadang merupakan singkapan dari batuan induknya.
Tekstur tanah litosol bervariasi, umumnya berpasir, dan cenderung tidak memiliki struktur yang jelas. Di dalamnya dapat ditemukan batu-batu kecil dan kerikil, serta kesuburan tanah yang beragam. Litosol dapat ditemukan di berbagai jenis iklim.
2. Tanah Aluvial
Tanah aluvial adalah jenis tanah yang masih muda, belum mengalami banyak perubahan, terbentuk dari material alluvium, memiliki beragam tekstur, struktur lapisan yang belum terbentuk, sifatnya konsisten lengket saat basah, pH bervariasi, dan tingkat kesuburannya berkisar antara sedang dan tinggi.
Tanah ini tersebar di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, serta daerah cekungan atau depresi.
3. Tanah Regosol
Regosol adalah jenis tanah yang masih muda. Tanah ini belum memiliki horizon yang jelas, butiran pasirnya halus, mudah hancur saat dipegang, memiliki tingkat keasaman yang netral, memiliki tingkat kesuburan yang sedang, dan berasal dari material vulkanik yang terurai dari letusan gunung api atau pasir dari pantai. Tanah ini umumnya ditemukan di lereng gunung berapi yang relatif baru terbentuk dan juga di wilayah pesisir.
4. Tanah Organik
Tanah Organik berasal dari bahan-bahan organik seperti yang ditemukan di hutan rawa atau rumput rawa. Ciri-cirinya adalah: tidak memiliki horizon yang jelas, tebalnya lebih dari setengah meter, memiliki warna mulai dari coklat hingga hitam, terasa seperti debu lempung ketika dipegang, tidak memiliki struktur tertentu, tidak lengket ketika dipegang, mengandung lebih dari 30% bahan organik jika tanahnya lempung, dan lebih dari 20% jika tanahnya pasir, umumnya memiliki sifat yang sangat asam dengan pH sekitar 4.0, dan memiliki kandungan nutrisi yang rendah.
5. Tanah Latosol
Latosol adalah jenis tanah yang telah mengalami perkembangan seperti diferensiasi horizon tanah, kedalaman tanah, kehalusan tanah, dan kepadatan tanah. Tanah ini terlihat dalam berbagai warna seperti coklat, merah, dan kuning. Biasanya ditemukan di daerah yang memiliki curah hujan tinggi yakni antara 300 hingga 1000 meter.
6. Tanah Grumosol
Tanah Grumosol memiliki permukaan yang terdiri dari butiran-butiran kecil dengan tekstur lempung, sementara bagian dalamnya terdiri dari gumpalan tanah padat. Ketika basah, tanah ini sangat lengket dan mudah dibentuk, tetapi saat kering, menjadi keras dan retak-retak. Jenis tanah ini kekurangan zat basa, aliran air yang lambat, dan rentan terhadap erosi. Grumusol tersebar luas di daerah dengan iklim agak kering, yaitu di tempat yang curah hujannya kurang dari 2500 mm setiap tahun.
7. Tanah Podsol
Tanah Podsol telah mengalami perkembangan profil, teksturnya lempung hingga pasir. Tanah ini memiliki struktur gumpal, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sehingga membuat tanah ini sangat asam dan memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini sangat rentan terhadap erosi. Tanah ini umumnya ditemukan di daerah dengan curah hujan tinggi, yaitu lebih dari 2000 mm/tahun, seperti di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Papua.
8. Tanah Andosol
Tanah Andosol telah mengalami perkembangan profil, dengan lapisan atas atau solum yang cukup tebal. Warnanya agak coklat kekelabuan hingga hitam, dan memiliki kandungan mineral serta bahan organik yang cukup tinggi. Teksturnya cenderung berdebu dan strukturnya remah (crumb). Tanah ini memiliki konsistensi yang gembur dan terasa licin serta berminyak. Keasaman tanahnya agak asam, dan kejenuhan basa yang tinggi dengan kemampuan absorpsi yang sedang. Tanah ini cenderung lembab dengan tingkat permeabilitas yang moderat, dan peka terhadap erosi.