Jenis-Jenis Bencana Alam dan Dampaknya

Jenis-Jenis Bencana Alam dan Dampaknya

Jenis-Jenis Bencana Alam dan Dampaknya
20 Februari 2023

Bencana alam adalah peristiwa yang timbul akibat aktivitas alam. Ragam bencana alam mencakup tanah longsor, tsunami, kekeringan, gempa bumi, kebakaran hutan, letusan gunung, banjir, dan puting beliung.



Jenis-Jenis Bencana Alam dan Dampaknya

Apa itu bencana alam?

Apa saja faktor yang mempengaruhi bencana alam?

Apa saja jenis-jenis bencana alam di Indonesia?

Bagaimana dampak dari bencana alam?




Bencana alam di Indonesia telah menjadi fenomena yang rutin terjadi. Keunikan wilayah Indonesia terletak pada tiga lempeng benua, tingginya curah hujan, berada dalam lingkup Cincin Api Pasifik, dan diapit oleh samudra yang luas. Faktor-faktor ini secara bersama-sama menyebabkan Indonesia memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap bencana alam.



Jenis-Jenis Bencana Alam



1. Gempa Bumi



Di Indonesia terdapat tiga lempeng besar, yakni Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Zona lempeng Pasifik berlokasi di sekitar Halmahera dan sebelah utara Papua. Sementara itu, zona lempeng Indo-Australia dan Eurasia terbentang di sepanjang lepas pantai selatan Nusa Tenggara, selatan Jawa, dan barat Sumatra. Kondisi ini menjadikan kita rentan terhadap gempa bumi dan tsunami.


Gempa bumi terjadi akibat pergeseran sesar, benturan lempeng tektonik, aktivitas vulkanik, tabrakan dengan benda luar angkasa, atau runtuhan. Gempa bumi memiliki sifat yang merusak, berlangsung dalam waktu singkat, dan terjadi secara tiba-tiba. Gempa bumi berpotensi merusak rumah, jembatan, jalan, fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah, serta infrastruktur lainnya. 


Sejumlah gempa bumi yang pernah melanda Indonesia yakni gempa pada 5 Agustus 2018 dengan magnitudo 7,0 dan kedalaman 15 km. Gempa ini melumpuhkan Lombok dengan kerusakan yang parah. Contoh lainnya adalah gempa berkekuatan 7,4 SR di Palu pada 28 September 2018, yang diikuti oleh likuifaksi dan tsunami setinggi 6 meter. Lebih dari 2.000 korban ditemukan dalam tragedi ini. Ingat juga gempa besar pada 26 Desember 2004 di Aceh, pusatnya terletak 250 km di tenggara Banda Aceh. Gempa ini memicu tsunami yang mengakibatkan lebih dari 227.900 jiwa tewas.



2. Tsunami



Wilayah Indonesia berbatasan langsung dengan laut dan terletak di sepanjang perbatasan lempeng tektonik berpotensi mengalami bencana tsunami. Contoh yang menggemparkan adalah tragedi tsunami yang melanda Palu dan Aceh. Kedua peristiwa ini dipicu oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut dan mengakibatkan gelombang laut yang sangat merusak.


Tsunami adalah dampak dari gelombang yang terbentuk di tengah laut dan mencapai kecepatan melampaui 900 km/jam saat menghantam wilayah pantai. Faktor penyebabnya bisa beragam, seperti letusan gunung di dalam laut, runtuhnya struktur di dasar laut, atau pergerakan lempeng tektonik yang memicu gempa bumi bawah laut. Setibanya ke daerah pesisir, muara sungai, atau teluk yang lebih dangkal, kecepatannya akan berkurang. Namun, daya rusaknya akan meningkat seiring dengan peningkatan ketinggian gelombang, bahkan bisa mencapai puluhan meter.


Beberapa contoh peristiwa tsunami di Indonesia yakni tragedi tsunami di Palu pada 28 September 2018, dengan gelombang setinggi 6 meter. Kejadian ini dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR), dan menelan korban jiwa lebih dari 2.000 orang. Pada tanggal 3 Juni 1994, Banyuwangi juga pernah dilanda tsunami setinggi 7 meter. Tsunami ini disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 5,9 dan kedalaman 33 km. Dalam peristiwa ini, lebih dari 264 nyawa melayang dan 213 rumah hancur seketika.



3. Gunung Meletus



Indonesia berada dalam lingkup Cincin Api Pasifik, sering kali menjadi tempat terjadinya bencana gunung meletus. Fenomena ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Mari kita bandingkan jumlah korban jiwa dari dua letusan gunung, yakni pada tahun 1930 dan 2010. Pada tahun 1930, tercatat korban jiwa terbesar terjadi di Desa Pagerjurang, Magelang, yang merenggut 1.367 nyawa. Sementara pada tahun 2010, bencana serupa mengakibatkan 341 orang meninggal, 368 lainnya harus dirawat di rumah sakit, dan 61.154 orang terpaksa mengungsi. Letusan gunung meletus tak hanya merenggut nyawa, tapi juga berdampak pada lingkungan dan harta benda.


Aktivitas tektonik merupakan peristiwa yang terkait erat dengan aktivitas gunung berapi. Hasil dari aktivitas ini adalah deretan gunung berapi yang membentang dari barat hingga timur, meliputi wilayah Sumatera, Jawa-Bali-Nusa Tenggara, utara Sulawesi-Maluku, hingga Papua. Kondisi ini menjadikan negara kita sangat rentan terhadap bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi.


Proses keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan, dalam bentuk material cair dan padat, disebut sebagai bencana letusan gunung berapi. Material-material ini termasuk lahar, bom, awan panas, debu vulkanik, dan lapili. Proses ini ditandai oleh gempa kecil, perubahan suhu, tumbuhan layu di lereng gunung, migrasi binatang, kekeringan mata air, serta suara gemuruh.



4. Tanah Longsor



Tanah longsor terjadi dengan sangat cepat dan bisa terjadi kapan saja. Saat musim hujan tiba, masyarakat yang tinggal di lereng sering kali merasa cemas. Rasa khawatir ini semakin meningkat ketika hujan deras berlangsung dalam waktu yang lama. Situasi ini dapat menyebabkan tanah tererosi dengan cepat, dan berpotensi menyebabkan bencana longsor.


Beberapa faktor yang memicu terjadinya tanah longsor yakni kombinasi dari lereng yang curam, curah hujan yang tinggi, erosi tanah yang parah, getaran, berkurangnya vegetasi, serta rendahnya kepadatan dan ketebalan tanah. Tanah longsor terjadi begitu cepat sehingga waktu untuk melakukan evakuasi sangat terbatas. Semua hal yang berada di area longsoran dapat tertutup oleh material longsor yang jatuh.


Beberapa kejadian tanah longsor di Indonesia antara lain:


  1. Tanah longsor terjadi di Cihanjuang, Sumedang pada 9 Januari 2021 akibat hujan deras.
  2. Pada 1 Januari 2019, tercatat terjadi tanah longsor di Cisolok, Sukabumi. Wilayah ini telah dikenal sebagai daerah rawan bencana selama sembilan tahun terakhir.
  3. Di Madiun, pada 2 April 2021, terjadi tanah longsor karena curah hujan yang tinggi dan melanda seluruh wilayah Kabupaten Madiun dan lereng Gunung Wilis selama tujuh jam.



5. Banjir



Setiap kali musim hujan tiba, banjir selalu terjadi di berbagai wilayah di negara kita. Daerah dataran rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena banjir dibandingkan dengan daerah dataran tinggi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman tentang lokasi dan kondisi tempat tinggal mereka. Dengan demikian, mereka akan lebih sadar dan bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir.


Banjir adalah situasi di mana air menggenangi area yang biasanya tidak terendam dalam jangka waktu tertentu. Penyebab dari bencana ini umumnya adalah curah hujan yang tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan danau, sungai, atau saluran air lainnya meluap karena kapasitasnya yang terlampaui. Selain faktor alam, perilaku manusia juga berkontribusi terhadap terjadinya banjir. Contohnya penggundulan hutan, pembangunan permukiman di sepanjang sungai, perubahan fungsi lahan, pembuangan sampah sembarangan, serta kurangnya area untuk resapan air.


Berikut adalah beberapa contoh peristiwa banjir di negara kita:


  1. Pada tanggal 1 Januari 2020, terjadi banjir di Jakarta yang juga melanda wilayah Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi. Banjir ini disebabkan oleh kelalaian pengelolaan di daerah hulu, yang mengakibatkan terjadinya limpahan air yang sangat besar.
  2. Pada tanggal 16 - 17 Maret 2019, terjadi banjir bandang disertai longsor di Sentani, Jayapura. Banjir ini dipicu oleh curah hujan yang sangat tinggi dan kondisi pegunungan Cycloops yang terdeforestasi.
  3. Pada 9 - 29 Januari 2021, terjadi banjir di Kalimantan Selatan. Banjir ini terjadi akibat anomali cuaca dan curah hujan yang sangat tinggi, yang mengakibatkan meluapnya air sungai dan genangan di berbagai daerah.



6. Kekeringan



Dalam sepuluh tahun terakhir, kekeringan telah melanda berbagai wilayah di Indonesia. Dampaknya sangat serius, dengan jutaan hektar lahan pertanian di Jawa dan di luar Jawa menghadapi risiko gagal panen. Tidak hanya itu, bencana ini juga telah menyebabkan banyak spesies tanaman mengalami kematian.


Kekeringan adalah situasi di mana pasokan air dari sumber hujan menjadi langka selama periode tertentu. Hal ini mengakibatkan kekurangan air yang mempengaruhi berbagai kegiatan, lingkungan, atau masyarakat. Kekeringan merupakan bentuk bencana alam yang terjadi secara perlahan, berlangsung dalam jangka waktu yang lama hingga musim hujan kembali datang. Dampaknya sangat merata dan meluas, serta berpengaruh pada berbagai sektor seperti sosial, ekonomi, dan kesehatan. Di Indonesia, kekeringan sering dikenal sebagai "kemarau", yang ditandai dengan mengeringnya sungai, danau, waduk, dan menghilangnya keanekaragaman hayati.


Beberapa insiden kekeringan di Indonesia contohnya, pada bulan Agustus 2020, ratusan hektar lahan pertanian di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat mengalami kekeringan yang mengakibatkan petani menghadapi gagal panen. Kejadian serupa juga terjadi di Aceh Utara pada Maret 2021. Sekitar 90 hektar lahan sawah di Desa Paya Beunot, Kecamatan Banda Baro, Aceh Utara mengalami kekeringan. 



7. Kebakaran Hutan dan Lahan



Ketika musim kemarau datang, beberapa potensi selain kekeringan dan ketersediaan air yang minim adalah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Dampak dari kebakaran ini mencakup masalah pernapasan pada manusia dan mengancam kelangsungan hidup berbagai jenis flora dan fauna. Kebakaran hutan dan lahan juga dikenal sebagai karhutla, terjadi ketika api melanda wilayah hutan dan lahan, menyebabkan kerusakan dan kerugian di berbagai sektor. Suatu wilayah akan sangat rentan terhadap karhutla jika dipengaruhi oleh fenomena Ell Nino, yang menyebabkan berkurangnya curah hujan dan peningkatan suhu panas yang disertai angin kering.


Sebagai contoh, pada tanggal 1 Januari 2019, provinsi Riau mengalami kebakaran hutan yang berlangsung hingga 31 Oktober 2019. Selama periode tersebut, total luas lahan yang terbakar di seluruh Riau mencapai 6.425,39 hektare. Salah satu faktor penyebab utama kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau adalah metode pengolahan lahan pertanian atau perkebunan yang menggunakan teknik tebas dan bakar (slash and burn).



8. Angin Puting Beliung



Angin Puting beliung umumnya terjadi pada musim pancaroba. Istilah "puting beliung" memiliki variasi nama di berbagai daerah. Misalnya, di Jawa dikenal sebagai "Angin Puyuh," sedangkan di Sumatera disebut "Angin Bahorok." Di Amerika Serikat, istilah yang dikenal adalah "tornado."


Bencana puting beliung merupakan fenomena yang sulit diprediksi kapan akan terjadi. Peningkatan intensitas fenomena hidrometeorologis pada musim pancaroba menjadi penyebab utama timbulnya angin puting beliung. Angin ini merupakan hasil dari proses pertumbuhan awan cumulonimbus yang terjadi akibat pemanasan yang intensif. 


Beberapa kejadian puting beliung yang tercatat di Indonesia adalah sebagai berikut:


  1. Pada 30 Desember 2018, terjadi puting beliung di Desa Panguragan, Cirebon.
  2. Pada 2 Januari dan 7 September 2021, puting beliung melanda Desa Selangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Lampung Timur. 



Dampak Bencana Alam



1. Letusan Gunung Berapi



Dampak Negatif:


  1. Pencemaran Udara Akibat Abu Vulkanik: Letusan gunung berapi mengeluarkan abu vulkanik yang mengandung gas-gas seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, hidrogen sulfida, dan partikel debu. Gas-gas berbahaya ini dapat membahayakan makhluk hidup jika terhirup.
  2. Gangguan Aktivitas Manusia dan Kerusakan Ekosistem: Aktivitas manusia bisa lumpuh akibat letusan, ekosistem bisa rusak, dan bangunan-bangunan dapat hancur akibat material letusan. 3.Potensi Penyakit Saluran Pernapasan: Material letusan, termasuk partikel debu, dapat memicu penyakit saluran pernapasan seperti ISPA.


Dampak Positif:


  1. Peningkatan Kesuburan Tanah: Meskipun merugikan, abu vulkanik bisa memberikan manfaat jangka panjang. Abu ini mengandung nutrisi yang melimpah dan berguna bagi tanah, membuatnya lebih subur dan baik untuk pertanian.
  2. Peluang Mata Pencaharian Baru: Letusan gunung berapi menciptakan peluang ekonomi baru, seperti penambangan pasir dan bebatuan yang diperlukan dalam berbagai sektor pembangunan.
  3. Sumber Mata Air Panas (Geyser): Beberapa wilayah yang terkena dampak letusan bisa memiliki sumber mata air panas atau geyser yang memiliki manfaat untuk kesehatan kulit manusia dan dapat digunakan untuk keperluan tertentu.



2. Tanah Longsor



Tanah longsor membawa dampak negatif melalui beberapa cara sebagai berikut:


  1. Lingkungan menjadi tidak higienis karena sanitasi terganggu
  2. Harga tanah di pasaran menurun
  3. Infrastruktur di area terdampak mengalami kerusakan, mengakibatkan terputusnya jalur transportasi dan perlambatan dalam perekonomian.


Tidak hanya itu, ada juga dampak positif yang dapat dihasilkan dari tanah longsor:


  1. Tanah akan lebih gembur, terjadi penyesuaian tekstur tanah, dan akselerasi proses pelapukan batuan di dalam tanah.
  2. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dan merawat hutan semakin meningkat.
  3. Timbulnya dorongan untuk melakukan penelitian lebih lanjut oleh para ahli geologi dan masyarakat untuk memahami penyebab serta upaya pencegahan tanah longsor.



3. Gempa Bumi



Gempa bumi memiliki dampak negatif yang besar, meliputi:


  1. Gangguan pada Transportasi dan Komunikasi: Jaringan transportasi dan komunikasi sering terganggu akibat gempa bumi. Selain itu, banyak bangunan dan fasilitas umum mengalami kerusakan serius.
  2. Rekahan, Longsoran, dan Luncuran Tanah: Gempa bumi dapat menyebabkan munculnya rekahan atau patahan di permukaan bumi. Longsoran juga bisa terjadi bersamaan dengan gempa.
  3. Perubahan pada Air Bawah Tanah: Guncangan atau sesar akibat gempa bisa merubah aliran air bawah tanah, mempengaruhi sumur-sumur air dan sumber daya air lainnya.
  4. Potensi Tsunami: Gempa bumi dengan kekuatan besar yang terjadi di dekat laut dangkal memiliki potensi untuk memicu terjadinya tsunami.


Namun, di sisi lain, gempa bumi juga memiliki dampak positif sebagai berikut:


  1. Informasi tentang Bawah Tanah: Gempa bumi dapat memberikan wawasan tentang apa yang terjadi di bawah permukaan bumi. Hal ini membantu dalam ekstraksi minyak dan gas secara lebih efisien.
  2. Pemahaman tentang Struktur Bumi: Gempa bumi memberikan informasi tentang struktur dalam bumi, seperti ruang magma yang dapat membantu ilmuwan dalam memantau aktivitas gunung berapi.
  3. Pemetaan Struktur Bumi: Dengan mengukur waktu yang diperlukan gelombang seismik untuk melewati bumi, para ilmuwan dapat memetakan struktur dalam bumi dengan lebih baik.



4. Kekeringan



Dampak Negatif Kekeringan:


  1. Kehilangan Tanaman: Kekeringan menyebabkan banyaknya tanaman yang mati. Kecuali beberapa jenis pohon seperti jati dan kaktus.
  2. Peningkatan Polusi: Dalam kondisi kekeringan, jumlah tanaman yang berperan dalam memproses gas karbondioksida menurun. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan tingkat polusi udara.
  3. Krisis Air Bersih: Sumber air bersih menjadi semakin terbatas, dan lahan pertanian mengalami kekeringan. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas sumber air yang tersedia.


Dampak Positif Kekeringan:


  1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam: Kekeringan dapat mempercepat proses panen garam, meningkatkan kualitas panen buah-buahan, dan mendukung penjemuran ikan asin. Selain itu, kondisi ini menciptakan peluang yang baik untuk menanam tanaman palawija dan potensi energi surya sebagai sumber pembangkit listrik.
  2. Peningkatan Sanitasi: Penurunan genangan air membantu mengurangi sejumlah penyakit, seperti diare, yang umumnya terkait dengan kualitas air yang buruk.
  3. Kemudahan Transportasi dan Perbaikan Infrastruktur: Kurangnya genangan air mengurangi hambatan pada jalur transportasi laut, dan perbaikan jalan aspal menjadi lebih lancar.



5. Banjir



Dampak Negatif Banjir:


  1. Kerusakan Infrastruktur: Banjir dapat merusak jalan raya, bangunan, jembatan, sistem selokan, kanal, dan fasilitas lainnya.
  2. Masalah Kesehatan: Air kotor yang tergenang dapat menyebabkan masalah kesehatan, termasuk wabah penyakit. 
  3. Kerugian Pertanian: Banjir dapat mengakibatkan kerugian di bidang pertanian, seperti gagal panen dan kerusakan pada jenis tanaman tertentu. Hal ini juga bisa berdampak pada kelangkaan barang dan kenaikan harga.


Dampak Positif Banjir:


  1. Lapangan Kerja Baru: Banjir dapat menciptakan peluang lapangan kerja baru di bidang transportasi. Transportasi air menjadi lebih penting, mendorong inovasi dalam menciptakan sarana transportasi yang lebih efektif.
  2. Penghijauan dan Lingkungan: Banjir dapat memicu kesadaran akan pentingnya penghijauan dan perlindungan lingkungan. Hal ini bisa menjadi peluang untuk memperkuat komitmen terhadap upaya penghijauan dan pelestarian lingkungan.



6. Kebakaran Hutan



Dampak Negatif:


  1. Kerusakan Ekosistem: Kebakaran hutan merusak ekosistem alami. Flora dan fauna yang hidup di hutan dapat mati, dan menyebabkan kerugian biodiversitas.
  2. Gangguan Transportasi: Asap dari kebakaran hutan dapat mengganggu operasi penerbangan dan bidang transportasi lainnya, mengganggu jadwal dan keselamatan perjalanan.
  3. Perubahan Iklim: Kebakaran hutan berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, yang mempengaruhi pemanasan global dan perubahan iklim.
  4. Dampak Kesehatan: Asap dari kebakaran hutan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit jantung, dan iritasi pada mata, tenggorokan, dan hidung.


Dampak Positif:


  1. Suburnya Lahan Pasca Kebakaran: Setelah kebakaran, lahan menjadi lebih subur karena abu dan nutrisi dari bahan bakar yang terbakar dan mengembalikan kesuburan tanah.
  2. Pembersihan Tanah: Kebakaran dapat membersihkan tanah dari tanaman pengganggu dan penyakit tanaman, serta membantu meningkatkan kesehatan ekosistem.
  3. Pemulihan Tanaman: Beberapa tanaman, seperti semak manzanita dan chamise, memerlukan api untuk merangsang perkembangbiakan biji mereka. Kebakaran membantu dalam proses regenerasi tanaman jenis ini.



7. Tsunami



Dampak Negatif Tsunami:


  1. Tsunami menghancurkan segala hal yang dilaluinya, termasuk infrastruktur, vegetasi, dan menimbulkan kerugian jiwa.
  2. Tsunami mengakibatkan kegagalan panen, banjir, dan mencemari sumber air dan tanah dengan air asin, serta mengganggu pasokan air bersih.


Dampak Positif Tsunami terhadap Kehidupan Manusia:


  1. Tsunami membantu mengungkapkan kekuatan serta kelemahan struktur bangunan, dan mendorong perbaikan konstruksi untuk struktur yang lebih baik.
  2. Tsunami memberi wawasan tentang kondisi bawah laut dan aktivitas vulkanik yang tersembunyi di dalamnya.
  3. Mendorong motivasi dan penelitian oleh para ahli geologi terkait aktivitas vulkanik serta kaitannya dengan potensi bencana tsunami.



Dalam artikel ini, telah dibahas tentang ragam bencana alam yang timbul akibat aktivitas alam. Berbagai jenis bencana alam termasuk tanah longsor, tsunami, kekeringan, gempa bumi, kebakaran hutan, letusan gunung, banjir, dan puting beliung. Setiap jenis bencana alam memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat.

Terimakasih dan Semoga Bermanfaat.

Jenis-Jenis Bencana Alam dan Dampaknya
4/ 5
Oleh