2 Permasalahan Flora dan Fauna di Indonesia. Ada Apa Aja?
Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan flora dan fauna yang sangat beragam. Hal ini memberikan banyak sekali manfaat bagi kita dalam hal ekonomi, kesehatan, sosial, dan budaya. Tapi sayangnya, populasi dari beberapa flora dan fauna tersebut sedang mengalami penurunan, bahkan ada yang hampir punah.
Kenapa flora dan fauna di Indonesia semakin berkurang? Apa itu eksploitasi? |
Ada dua faktor penyebab dari kemerosotan flora dan fauna di Indonesia dan secara umum di dunia, yakni:
Eksploitasi berlebihan
Eksploitasi berlebihan adalah perilaku mengambil terlalu banyak dari sumber daya yang bisa diperbarui sampai sumber daya tersebut jadi berkurang. Jika hal ini terjadi terus-terusan, sumber dayanya bisa rusak. Biasanya hal ini terjadi pada sumber daya alam, seperti tumbuhan obat, padang rumput, ikan, hutan, dan air.
Dalam ilmu ekologi, eksploitasi berlebihan adalah salah satu dari lima hal faktor terbesar yang bikin banyak jenis makhluk di dunia punah. Para ilmuwan pakai kata eksploitasi ini buat menggambarkan populasi makhluk yang diambil sampai bener-bener berkurang. Dan ini pastinya bisa bikin banyak jenis makhluk mati dan punah.
Beberapa flora dan fauna memiliki nilai yang mahal karena keindahannya. Banyak kolektor yang rela mengeluarkan uang banyak untuk menambah koleksi mereka dengan tanaman dan hewan ini. Makin cantik dan langka jenisnya, semakin tinggi harganya. Tapi, hal ini sering membuat orang menangkap hewan secara ilegal tanpa memikirkan bagaimana pengaruhnya pada keseimbangan alam.
Sebagai contoh, ada kasus penyelundupan 24 burung kakatua jambul kuning. Beruntungnya, upaya ilegal ini berhasil digagalkan saat burung-burung tersebut akan dibawa dari Papua ke Surabaya. Setelah diselidiki dan dicari, akhirnya ditemukan 22 burung lainnya di dalam kapal, mereka dimasukkan ke dalam botol air mineral agar tidak terdeteksi oleh pihak berwenang.
Kepunahan Flora dan Fauna
Jumlah flora dan fauna di Indonesia semakin berkurang setiap tahun. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang terus bertambah dengan cepat. Manusia cenderung menggunakan tumbuhan dan binatang tanpa batasan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pembangunan tempat tinggal yang mengambil habitat tumbuhan dan binatang, serta pertumbuhan industri yang merusak lingkungan, pasti akan menghancurkan tempat tinggal alami mereka.
Misalnya: Banyak orang yang menebang pohon di hutan tanpa memikirkan akibatnya. Karena itu, banyak hutan yang rusak atau hilang. Padahal, hutan adalah rumah bagi tumbuhan dan binatang, termasuk juga yang dilindungi. Semakin sedikit tumbuhan dan binatang di Indonesia, ini karena banyak orang tidak peduli dengan lingkungan. Orang-orang lebih suka mengambil sumber daya alam tanpa memikirkan bagaimana caranya untuk menjaga alam dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya.
Ada 1.252 jenis tumbuhan di Indonesia yang terancam punah dan masuk dalam daftar merah. Daftar ini mencakup tumbuhan yang menghadapi risiko seperti terancam, hampir punah, atau kurang perhatian. Beberapa contoh tumbuhan yang sangat terancam termasuk tengkawang, plajlar, dan ulir.
Tidak hanya tumbuhan, beberapa jenis hewan juga dalam bahaya karena langkanya. Penyebab utama kelangkaan hewan ini adalah ulah manusia yang memburu dan mengambil manfaat dari mereka tanpa memikirkan keberlanjutan habitat. Jika tindakan berburu ini tidak dihentikan dengan tegas oleh pemerintah, kemungkinan besar hewan-hewan langka ini akan punah.
Contohnya, sekarang jumlah harimau Sumatera hanya diperkirakan kurang dari 400 ekor. Setiap bulannya, sekitar 14 ekor harimau ini mati karena diburu oleh orang yang hanya ingin mendapatkan uang dari menjual kulit mereka. Memang kulit harimau bisa dijual dengan harga tinggi untuk dijadikan dekorasi rumah. Tapi, jika hal ini terus berlanjut, harimau Sumatera akan punah dan hanya akan menjadi cerita bagi generasi anak cucu kita.
Tidak hanya itu, binatang lain juga semakin langka karena para pemburu yang rakus. Saat ini, ada sekitar 50 badak bercula satu yang dilindungi di Ujung Kulon. Jika kita tidak melindungi mereka dan berusaha untuk membiakkan populasi mereka, maka tidak akan lama lagi badak bercula satu yang menjadi lambang suaka margasatwa di Ujung Kulon akan punah.
Hal yang sama berlaku untuk pesut Mahakam, yang jumlahnya hanya sekitar 50 ekor. Pesut Mahakam ini menarik banyak wisatawan asing, namun jika tidak ada generasi baru, mereka akan menghilang. Akibatnya, kesempatan untuk melihat pesut Mahakam juga akan lenyap.
Sekian pembahasan kali ini tentang dua permasalahan flora dan fauna di Indonesia.
Terimakasih.