Proses Presipitasi : Kolisi-Koalesensi dan Bergeron-Findeisen
Artikel ini menjelaskan tentang dua proses pembentukan presipitasi yakni Proses Kolisi-Koalesensi untuk awan panas dan Proses Bergeron-Findeisen untuk awan dingin. |
Proses Presipitasi
Sebelum presipitasi ada proses panjang dari evapotranspirasi dan kondensasi. Ada suatu fakta yang perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu adanya efek kurvatur pada pembentukan titik-titik air (droplets) di awan. Efek kurvatur ini menyatakan bahwa tekanan yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan (equilibrium) pada permukaan yang datar akan lebih kecil daripada permukaan yang melengkung. Hal ini disebabkan karena permukaan yang melengkung cenderung tidak stabil dibandingkan dengan permukaan yang datar, dan kondisi ini sering ditemui di pembentukan droplets Karena inti kondensasi biasanya berbentuk bulatan.
Konsekuensi dari efek kurvatur ini adalah diperlukannya
uap air yang tinggi dan kelembapan yang tinggi agar droplets dapat
berkembang menjadi lebih besar. Apabila digambar pada grafik, dapat dilihat
bahwa partikel dengan jejari yang kecil lebih sulit untuk berkembang karena besarnya
vapor pressure yang diperlukan untuk mencapai kondisi kesetimbangan.
Grafik RH vs Diameter Partikel |
Nah, di sinilah inti kondensasi yang higroskopis
berpengaruh. Ingat bahwa partikel-partikel ini sangat aktif dalam menarik
partikel air, sehingga akan dapat membentuk kondisi kesetimbangan pada
kelembapan di bawah 100 persen. Umumnya, kondensasi akan terjadi pada
kelembapan sekitar 70an persen, dan hal ini menitik beratkan bahwa munculnya
presipitasi harus selalu diikuti oleh adanya inti kondensasi yang higroskopis.
Inti kondensasi sendiri tidak akan cukup untuk
membentuk presipitasi karena akan memakan waktu hingga berminggu-minggu
apabila hanya proses ini yang berlangsung, sehingga pasti ada proses
penunjangnya. 2 proses tambahan yang paling diketahui adalah:
A. Kolisi dan Koalesensi
Collision and coalescence process, atau yang dikenal sebagai proses tumbukan dan tangkapan. Proses ini terjadi pada awan yang relatif hangat dengan suhu di atas -15 derajat celsius.
Proses pertama, yaitu
tumbukan terjadi akibat perbedaan terminal velocity, yaitu kecepatan maksimum
suatu objek dalam fluida dengan dipengaruhi hanya oleh gaya berat dan gaya
gesekan oleh fluida tersebut. Partikel yang lebih besar akan cenderung memiliki
kecepatan terminal yang lebih besar sebagai akibat dari gaya berat yang lebih besar, sehingga
dalam proses turunnya dapat menabrak dan menangkap partikel-partikel yang lebih
kecil dan lebih lambat, dan kemudian akan memperbesar dirinya sendiri.
Proses Kolisi & Koalesensi |
Sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya droplets
yang jatuh dipengaruhi oleh lamanya partikel tersuspensi di udara, sebab semakin besar lama waktunya, akan semakin
banyak waktu untuk menangkap partikel lainnya. Selain itu, faktor yang dapat
mempengaruhi proses ini antara lain:
- Ukuran droplets yang ada di awan
- Ketebalan awan
- Updraft dan downdraft dari awan
- Muatan listrik dari droplets dan juga awan, Karena muatan listrik ini dapat membuat droplets memiliki gaya tarik-menarik satu sama lain.
Ice-crystal process, atau yang dikenal sebagai
proses Bergeron atau juga proses
Bergeron-Findeisen. Proses ini terjadi di awan dingin, yaitu awan yang bersuhu
jauh di bawah 0 derajat celsius. Ingat bahwa tidak diwajibkan untuk seluruh
awan memiliki suhu demikian, Karena pada towering cumulonimbus, proses
ini juga dapat berlangsung di sana.
Pertama, perlu kita ketahui bahwa pada suhu yang dingin, terdapat partikel air yang tidak membeku, yang dikenal sebagai partikel air superdingin atau supercooled water. Hal ini terjadi karena adanya zat pengotor maupun kurangnya tekanan untuk membentuk es (karena partikel droplets yang sangat kecil). Di sini juga inti kondensasi bertindak, dengan meningkatkan diameter partikel, es akan mulai terbentuk (dalam kasus ini inti kondensasi dikenal sebagai inti es).
Proses pembekuan dapat terjadi dengan dua keadaan, yaitu uap air yang bersentuhan dengan inti es secara langsung tanpa melalui fasa cair (proses deposisi), ataupun supercooled water yang bersentuhan dengan inti es.
Peran si partikel supercooled water ini tidak berhenti begitu saja. Ketika inti es yang sudah menumpuk berinteraksi dengan partikel supercooled water lainnya, kristal es akan terus membesar - proses yang dikenal sebagai proses akresi. Kristal yang membesar dikenal sebagai Graupel atau Snow Pellet. Ketika dalam proses jatuh, graupel ini dapat bertabrakan satu sama lain sehingga membentuk pecahan-pecahan yang lebih kecil. Pecahan-pecahan kecil itu dapat bertabrakan kembali dan saling menempel (proses agregasi). Hasl akhir dari proses ini adalah snowflakes atau salju.